Senin, 19 Agustus 2013

HAR PREVENTIF



PEMELIHARAAN PREVENTIV RECLOSER

Apa itu Pemeliharaan Preventiv?

              Pemeliharaan Preventif merupakan suatu pekerjaan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan secara tiba-tiba dan  untuk mendapatkan jaminan bahwa suatu sistem/peralatan akan berfungsi secara optimal, umur teknisnya meningkat dan aman baik bagi personil maupun bagi masyarakat.

ok, langsung saja ke ''pemeliharaan preventiv recloser''


PERSOALAN


Dalam operasi sistem tenaga listrik terjadinya gangguan tidak dapat dihindarkan. Gangguan terjadi dapat dikarenakan adanya kejadian secara acak dalam sistem yang dapat berupa berkurangnya kemampuan peralatan, meningkatnya beban, dan lepasnya peralatan-peralatan yang tersambung ke sistem.
            Berbagai kemungkinan yang merupakan penyebab gagalnya kontrol pada Recloser adalah:
·         Ketika tegangan AC tidak ada maka battery harus terus mensuplay RTU dan battery tidak akan kuat bertahan lama ketika dilakukan control open atau close battery tidak kuat untuk memberikan tegangan yang cukup.
·         Penyebab lainnya bisa juga dikarenakan komunikasi SCADA yang menggunakan modem sinyal provider rendah ataupun kuota GPRS yang belum unlimited.
·         Mekanik motorized yang macet akibat Recloser lama tidak pernah dioperasikan.

Selain persoalan gagal kontrol dalam pengoperasian Recloser adapun beberapa hal yang bisa menyebabkan kerusakan pada Recloser di dalam pengoperasiaanya antara lain :
·         Suhu jumperan pada bushing Recloser, Bushing Arrester, VT maupun CO yang panas yang bisa menyebabkan Flash Over.
·         Rusaknya VT sebagai supply AC yang menyebabkan Battere sebagai back up tidak bisa di charge kembali, sehingga Battere akan drop dan lama kelamaan RTU akan mati.
·         Arrester yang sudah rusak akibat terkena petir, sehingga Recloser tidak terlindungi dari sambaran petir.


FAKTA YANG MEMPENGARUHI


5.1.  Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
            Jaringan Tegangan Menengah merupakan jaringan yang mempunyai tegangan 20 KV. Jaringan Tegangan Menengah ini secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) dan Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM).
1.      Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
SUTM merupakan jaringan distribusi yang tergelar atau yang ditempatkan diatas tiang (diudara). Ada dua jenis penghantar yang digunakan, yaitu penghantar tidak berisolasi (kawat) dan penghantar yang berisolasi (kabel). Penghantar yang  tidak berisolasi memiliki kekurangan yaitu sering terjadinya gangguan-gangguan listrik yang dialaminya seperti terkena sambaran petir, terkena pohon dan binatang yang menyebabkan gangguan phasa-netral  ataupu phasa-phasa. Kelebihannya adalah harganya yang relatif  murah.
2.      Saluran Kabel Tegangan Menengah
SKTM merupakan jaringan distribusi yang dipasang atau ditempatkan  ditanam di bawah tanah. Kekurangan penggunaan kabel ini adalah jika terjadi gangguan akan sulit untuk menemukan lokasi gangguannya dan keuntungannya adalah gangguan yang terjadi akan lebih kecil dan estetikanya lebih indah.



5.2.  Fuse Cut Out (FCO)
Fuse Cut Out (FCO) merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja denga cara meleburkan bagian dari komponennya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan dengan ukurannya itu. Disamping itu FCO merupakan peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi gangguan arus lebih. Alat ini akan memutuskan rangkaian listrik yang satu dengan yang lain apabila dilewati arus yang melewati kapasitas kerjanya.


Prinsip kerjanya adalah ketika terjadi gangguan arus maka fuse pada cut out akan putus, dan tabung ini akan lepas dari pegangan atas, dan menggantung di udara, sehingga tidak ada arus yang mengalir ke sistem.
Adapun cara perlindungannya adalah dengan melelehkan fuse link, sehingga dapat memisahkan antara bagian yang sehat dan yang terganggu. Sedangkan fuse link itu sendiri adalah elemen inti dari FCO yang terletak di dalam fuse holder dan mempunyai titik lebur tertentu. Jika beban jaringan sesudah FCO menyentuh titik lebur tersebut, maka fuse link akan meleleh dan akan memisahkan jaringan sebelum FCO dengan jaringan sesudah FCO.

 
Pada Recloser  ,Fuse Cut Out ini dipasang untuk mengamankan jaringan atau system dari arus hubung singkat pada VT . Jika terjadi masalah/kerusakan pada VT sehingga FCO akan segera memutus rangkaian listrik agar jaringan aman dari arus hubung singkat pada VT ataupun dari gangguan lainnya.

5.3.  Voltage Transformator (VT)
            Voltage Transformator adalah peralatan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 20 KV ke 220/110 VAC. VT ini digunakan pada Recloser  untuk suplay tegangan AC. Tegangan AC ini akan di step down oleh converter menjadi 24 VDC untuk suplay RTU dan sebagai charger battere.


5.4. Lightning Arrester
            Arrester merupakan alat pelindung bagi peralatan sistem/ Recloser  terhadap surja petir dan tegangan abnormal. Arrester berlaku sebagai jalan pintas (by-pass) sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus kilat atau petir sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Jalan pintas harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran daya sistem. Jadi pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator dan bila timbul surja petir arrester berlaku sebagai konduktor, jadi melewatkan arus yang tinggi. Setelah surja hilang arrester harus dapat dengan cepat kembali menjadi isolator, sehingga pemutus beban tidak sempat membuka.

            Pada Recloser pemasangan arrester sebaiknya dipasang pada jumperan Bhusing recloser sebelum jumperan fuse cut out, karena apabila terjadi petir arus petir akan segera di alirkan ke bumi melalui arrester dan tidak akan mengenai fuse cut out ataupun VT.

5.5.  Pembumian
            Pembumian adalah penghubungan suatu titik sirkit atau penghantar yang bukan bagian sirkit dengan bumi melalui dengan cara menanam penghantar.
Fungsi Pembumian
1.      Mengalirkan arus gangguan ke bumi
2.      Membuang arus muatan statis ke bumi
3.      Mengamankan terhadap bahaya tegangan sentuh/ tegangan langkah
Tujuan Pembumian :
1.      Membatasi tegangan antara bagian peralatan yang tidak dialiri arus dengan antara bagian tersebut dengan tanah sampai suatu harga yang aman untuk semua kondisi operasi.
2.      Mencegah terjadinya tegangan kejut listrik berbahya bagi orang dalam daerah tersebut.
3.      Pembumian arrester bertujuan untuk pengamanan peralatan atau system dari sambaran petir agar peralatan tidak mengalami kerusakan.
            Karena itu pemasangan sistem pembumian harus dilakukan dengan standard sesuai ketentuan yang berlaku sebagai elektroda pembumian biasanya digunakan elektroda batang berbentuk pipa baja galvanis yang dilapisi tembaga dengan panjang 2,5 m atau 3 m. Untuk penghantar bumi biasanya digunakan tembaga 50 mm2 dan sampai dengan 2,5 meter dari atas tanah harus dilindungi dengan pipa baja dari kerusakan mekanis. Disamping itu tembaga pembumian sebaiknya dilapisi dengan timah agar umurnya lebih lama dan tidak mudah korosi dibandingkan dengan tembaga biasa. Tahanan pembumian yang dapat dicapai sangat tergantung pada jenis elektroda, jenis tanah dan ke dalaman penanaman elektroda.
5.6. Pengertian RTU
5.6.1. RTU-Remote Terminal Unit (Unit Terminal Jarak Jauh)
RTU adalah suatu komponen SCADA dimana bertugas melakukan prosesing dari data yang diterima dari MTU (Master Terminal Unit)  kemudian mengirimkan data tersebut ke sistem yang diaturnya, berlaku sebaliknya.
Remote Terminal Unit ini juga bertugas mengambil data baik data status maupun data pengukuran secara scanning. Tugas lainnya yang lebih utama adalah melaksanakan perintah-perintah dari HMI yaitu malakukan Buka/Tutup CB/Recloser, melaporkan realisasi apa yang diperintahkan HMI lengkap dengan keadaan RTU saat itu (real time).




 RTU ECNTEC
Remote Terminal Unit (RTU) berfungsi untuk mengumpulkan data dan kontrol dari peralatan tenaga listrik.
Fungsi RTU dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

Telesignaling berfungsi untuk mengetahui status indikasi dari peralatan
tenaga  listrik atau Recloser.
Telemetering berfungsi untuk mengetahui besaran-besaran listrik pada peralatan tenaga listrik, seperti besaran tegangan, dan arus.
Telecontrolling berfungsi untuk meneruskan perintah dari pusat pengatur ke peralatan tenaga listrik.


5.6.2. Mekanisme Kerja Sistem RTU
Remote Terminal Unit bekerja atau beroperasi atas dasar pengambilan data status dan pengukuran. Data tersebut diambil melalui system polling yang dilakukan oleh RTU dan diproses yang hasilnya disimpan didalam data memory. RTU akan mengambil data status dan pengukuran ini apabila terjadi perubahan pada data tersebut. Bila tidak maka RTU akan mengabaikannya. Untuk mengetahui adanya perubahan data status dan pengukuran ini RTU selalu membandingkan antara data yang lama dengan data yang baru. Bila antara data yang baru dengan data yang lama berbeda maka sudah dapat dipastikan bahwa ada perrubahan data. RTU akan mengirim data status dan pengukuran yang terbaru beserta waktunya ke Front End Prosesor (FEP) bila FEP memintanya.
Front End Processor adalah peralatan komputer yang berfungsi sebagai perantara komunikasi/menghubungkan antara Master Terminal Unit (MTU) dengan Remote Terminal Unit (RTU).
Tugas-tugas RTU antara lain :
v  Menangkap besaran-besaran data analog dan sinyal indikasi, seperti status pada peralatan Recloser
v  Fungsi control, setting dan fungsi set point lainnya.
v  Meneruskan hasil pengukuran peralatan lapangan ke pusat kendali
v  Perekam dan pengarsipan data.

5.7. Pengertian Recloser
Recloser adalah pemutus balik otomatis secara fisik mempunyai kemampuan sebagai pemutus beban yang dapat bekerja secara otomatis untuk mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat.
Recloser atau Penutup balik otomatis (PBO) digunakan sebagai pelengkap untuk pengaman terhadap gangguan temporer atau permanen dan membatasi luas daerah yang padam akibat gangguan.



Urutan operasi Recloser:
1.      Pada saat terjadi gangguan, arus yang mengalir melalui Recloser sangat besar sehingga menyebabkan kontak Recloser  terbuka (trip) dalam operasi cepat (fast trip) Saklar dan Pengaman.
2.      Kontak Recloser akan menutup kembali setelah melewati waktu reclose sesuai setting. Tujuan memberi selang waktu ini adalah untuk memberikan waktu pada penyebab gangguan agar hilang, terutama gangguan yang bersifat temporer.
3.      Jika gangguan bersifat permanen, Recloser akan membuka dan menutup balik sesuai dengan settingnya dan akan lock-out (terkunci).
4.      Setelah gangguan dihilangkan oleh petugas, baru Recloser dapat dimasukkan kesistem.
PEMBAHASAN
  

6.1. Pemeliharaan Recloser  Sebagai Upaya Untuk Meminimalisir Gagal Kontrol.
Pemeliharaan merupakan suatu pekerjaan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan secara tiba-tiba dan  untuk mendapatkan jaminan bahwa suatu sistem/peralatan akan berfungsi secara optimal, umur teknisnya meningkat dan aman baik bagi personil maupun bagi masyarakat. Pemeliharaan Recloser  sangat perlu dilakukan untuk tetap menjaga kondisi peralatan Recloser serta komponen-komponen pada RTU tetap baik dan berfungsi dengan optimal. Untuk itu  pemeliharaan Recloser dilakukan sesuai SOP, jadwal dan berkelanjutan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dengan dilakukan pemeliharaan recloser diharapkan mampu meminimalisir gagal kontrol.

6.1.1.   Tahapan Pelaksanaan Pemeliharaan Recloser
                 Kegiatan pemeliharaan dilaksanakan agar peralatan instalasi tenaga listrik dapat beroperasi dengan kehandalan yang tinggi dan menghasilkan mutu listrik yang baik sehingga kontinuitas pelayanan penyaluran tenaga listrik dapat dicapai.
Tahapan kegiatan pemeliharaan dimulai dari :
1.      Perencanaan
Perencanaan merupakan awal dari kegiatan yang kita lakukan. Sebelum melakukan pemeliharaan harus dilakukan perencanaan kegiatan apa saja yang akan dilakukan dan bagaimana cara melakukan pekerjan pemeliharaan. Dalam perencanaan ditekankan penggunaan SOP agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
2.      Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pemeliharaan Recloser harus dilaksanakan sesuai SOP yang disepakati dalam perencanaan, agar pemeliharaan dapat berjalan dengan baik.
3.      Pengujian
Setelah dilakukan pelaksanaan pemeliharaan, harus dilakukan pengujian. Tujuan pengujian ini untuk memastikan peralatan dapat bekerja dengan baik tanpa terjadi kendala atau masalah setelah dilakukan pemeliharaan.
4.      Analisa
Setelah dilakukan pengujian, permasalahan yang ditemukan harus di analisa apa penyebabnya agar permasalahan tersebut dapat diperbaiki.
5.      Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembanban ini dilakukan untuk memperbaiki atau menyelesaikan permasalahan yang sudah di analisa atau ditemukan penyebabnya.

Dengan dilakukannya tahapan kegiatan pemeliharaan yang baik maka kendala-kendala operasi dapat diperkecil.

6.1.2.  Penerapan K2/K3 Pada Pemeliharaan Recloser
           Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) adalah segala upaya atau langkah-langkah instalasi tenaga listrik dan pengamanan pemanfaatan tenaga listrik untuk mewujudkan kondisi andal bagi instalasi dan kondisi aman dari bahaya bagi masyarakat sekitar, serta kondisi ramah lingkungan , dalam arti tidak merusak lingkungan hidup disekitar instalasi tenaga listrik. 
            Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah upaya atau pemikiran dan penerapannya yang ditunjukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada mumnya.       
Jadi penerapan K2/K3 dalam pelaksanaan suatu pekerjaan sangatlah penting untuk menghindari terjadinya suatu kecelakaan bagi pekerja, peralatan listrik itu sendiri maupun bagi masyarakat sekitar.
Adapun alat perlindungan diri serta alat yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan pemeliharaan Recloser  adalah sebagai berikut : helm, wear pack, sepatu tahan bentur, kaca mata, sarung tangan, tester 20 KV.

6.2.  Langkah Langkah Pemeliharaan Recloser
Adapun langkah langkah kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan Recloser  ini antara lain:
6.2.1.      Mendownload Setingan RTU dan Modem
Mendownload data setingan dan event pada RTU adalah untuk mengetahui  event event apa saja yang pernah terjadi pada RTU tersebut dan untuk memastikan setingannya sudah sesuai. Setelah mendownload setingan dan event pada RTU selanjutnya mendownload setingan pada modem untuk mengetahui kartu provider yang dipakai dan memastikan mendapatkan sinyal yang baik. Bila sinyalnya rendah atau kurang baik maka akan dilakukan penggeseran tempat antena atau penggantian kartu provider agar sinyalnya kembali baik dan bisa mengirimkan status RTU ke HMI dan agar bisa lancar apabila dilakukan control pada switching. Apabila settingan RTU dan Modem sudah sesuai dan sinyal modem juga sudah bagus, diharapkan nantinya dapat memperkecil terjadinya gagal kontrol.



6.2.2.      Menjaga Kebersihan Sekitar RTU yang meliputi:
1.      Pembersihan lingkungan di sekitar box panel RTU.
Pembersihan ini meliputi pembersihan rumput-rumput liar atau tanaman yang mengganggu box panel. Pembersihan kertas kertas iklan yang menempel pada box panel RTU.
2.      Pembersihan di dalam box panel RTU dari kemungkinan hewan-hewan yang mengganggu yang dapat menyebabkan short sirkuit pada rangkaian RTU yang dapat menyebabkan kerusakan.

6.2.3.      Pengamatan Visual dan Thermovision Pada Jumperan Bushing Recloser.
Pengamatan visual ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan kelainan pada terminal bushing pada Recloser  serta jumperan pada arrester,  VT maupun Fuse Cut Out. Thermovision dilakukan untuk mengetahui seberapa besar suhu pada titik titik jumperan. Suhu yang diperbolehkan maksimal 40° C. Apabila ditemukan suhu melebihi 40° C akan dilakukan penjadwalan ulang untuk melakukan penggantian terminating pada jumperan yang panas tersebut. Karena apabila ada titik panas yang melebihi 40°C akan menyebabkan kerusakan pada kabel tersebut atau putus dan bisa menyebabkan terjadinya flash over.



            Pengukuran suhu dengan menggunakan thermovision diukur pada titik-titik jumperan      (pada gambar yang ditandai) karena pada titik jumperan tersebut adanya kemungkinan sambungan yang menggunakan LLC itu kendor atau pun pada pemasangan CCO yang kurang baik. Apabila dalam pengepresan CCO kurang baik dan masih terdapat rongga udara di dalam CCO maka apabila dialiri arus lama kelamaan udara tersebut akan panas dan menyebabkan terjadinya flash over dan kerusakan pada CCO.
6.2.4.      Pengukuran Tahanan Pembumian
Tahanan pembumian atau grounding bertujuan untuk melepas muatan tegangan lebih akibat sambaran petir dan juga untuk mencegah timbulnya atau terjadinya tegangan sentuh yang membahayakan manusia pada saat terjadi gangguan tanah. Pengukuran grounding ini dilakukan untuk mengetahui baik tidaknya nilai resistansi pada suatu peralatan. Jumlah grounding yang digunakan sebanyak 4 titik yaitu Pembumian pada Arrester Primer, Pembumian pada Arrester Sekunder, Pembumian pada body Recloser  dan Pembumian untuk Box Control Panel.



6.2.5.      Pengukuran Tegangan Battere
Pengukuran tegangan battere dilakukan untuk memastikan tegangan battere masih normal (24 VDC)  fungsinya untuk memback up suplay RTU jika tegangan dari AC tidak ada.


·         Pengukuran tegangan battere dilakukan dengan menggunakan AVO meter. Untuk mengukur Tegangan Murni Batere, Lepas Soket Batere yang terhubung dengan Rangkaian Kontrol, kemudian lakukan pengukuran dengan AVO meter. Apabila didapat tegangan ≥24V maka kondisi batere dalam keadaan baik.
·         Pengukuran tegangan battere juga bisa dilakukan dengan cara mematikan/ mencabut soket suplay tegangan AC, kemudian ukur pada terminal battere.

6.2.6.      Pemeliharaan dan pengujian fungsi RTU
Pemeliharaan dan pengujian fungsi RTU ini dilakukan untuk menjaga RTU berfungsi secara optimal. Adapun tahapan yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah:
1.      Pengecekan supply tegangan AC maupun DC pada RTU.
Tegangan AC didapat dari VT yang menurunkan tegangan dari 20 KV ke 220 VAC ataupun 110 VAC. Kemudian diturunkan menjadi 24VDC melalui converter yang berfungsi sebagai supply RTU dan charger battery. Untuk tegangan modemnya memakai tegangan 12 VDC dan ada juga 24 VDC yang tegangan 12 VDC diperoleh dari tegangan 24 VDC yang di turunkan melalui converter 12 VDC.


2.      Pengecekan tegangan battery
Battery berfungsi sebagai back up suplay RTU apabila sumber AC dari VT hilang. Battery akan dicharger dari out put RTU selama tegangan AC masih ada agar tegangan battery tidak drop atau turun dari tegangan normalnya. Tegangan standar battery yang masih bisa menghidupkan RTU sebesar 22 VDC , apabila tegangan battery dibawah 22VDC maka dilakukan penggantian battery.

3.      Pengecekan dan pengujian telesignaling
Pengujian telesignaling ini berfungsi untuk mengetahui bekerja atau tidaknya fungsi remote  pada RTU. Pengujian telesignaling ini meliputi pengujian ACF, DCF, status local remote, status hot line tag, status CB. ACF alarm apabila tegangan dari AC tidak ada maka pada HMI atau Master station akan muncul indikasi ACF/AC Failure. Begitu juga untuk DCF, apabila tegangan DC dari battery tidak ada maka akan muncul indikasi DCF alarm.

Permasalahan :
ü  Jika supply tegangan AC tidak ada (ACF)
Langkah Pengecekan :
·         Pastikan Tegangan pada jaringan TM yang masuk ke VT ada. Lakukan Pengecekan apakah AC Power LED menyala atau tidak
·         Lakukan Pengecekan dan pengukuran dengan menggunakan AVO meter dari Kabel Kontrol dari Arah VT. Jika Kondisi kabel dalam keadaan bagus, dan tidak ada tegangan yang keluar maka permasalahan ada pada VT.
·         Apabila terpasang Fuse Cut Out Pada VT, cek secara visual apakah Fuse Cut Out masih terhubung atau tidak ke SUTM.
ü  Supply tegangan AC ada tetapi supply tegangan DC tidak ada(DCF).



Langkah Pengecekan :
·         Pastikan Tegangan pada jaringan TM yang masuk ke VT ada.  Lakukan pengecekan dan pengukuran pada Output Converter untuk sumber DC 24 Volt.
·          Lakukan Pengecekan pada sumber DC yang didapat dari battery dengan melepas konektor Battere yang menuju rangkaian Kontrol. Apabila tegangan Batere masih bagus ≥24 Volt DC, maka permasalahan ada pada Converter.
4.      Pengecekan dan pengujian telemetering
Pengecekan dan pengujian telemetering ini berfungsi untuk penyeragaman besar arus dan tegangan pada RTU dengan di HMI (Human Machine Interface). 

5.      Pengecekan dan pengujian telecontrol
Setelah pengecekan dan pengujian yang telah dijelaskan di atas selanjutnya dilakukan pengujian hot line tag. Fungsi hot line tag itu sendiri adalah untuk memblok fungsi control agar peralatan tidak bisa di control pada saat hot line tag diposisikan ON  untuk menjamin keamanan dalam bekerja. Serta pengujian control open close CB untuk memastikan RTU dapat berfungsi dengan baik dan dapat memerintahkan CB bekerja pada saat dicontrol open maupun close secara remote, test kontrol sampai mengerjakan CB ini juga berfungsi untuk mencegah mekanik motorized yang macet akibat lamanya motorized tidak pernah digunakan.

hmmm,,,skian dulu ya penjelasan singkatnya
semoga bermanfaat,,,ok



4 komentar:

  1. oh.. ya.. nambah mas.. untuk peralatan pemeliharaan yg dibutuhkan kira-kira peralatan apa saja mas untuk alat2 detailnya... makasih mas sebelumnya...

    BalasHapus
  2. Permisi mas kenapa ya Recloser itu lebih sedikit dipakai ketimbang lbs (?)

    BalasHapus
  3. Pemeliharaan preventiv lbs mana?
    Apakah sama dengan recloser?

    BalasHapus