PEMELIHARAAN PREVENTIV RECLOSER
Apa itu Pemeliharaan Preventiv?
Pemeliharaan Preventif merupakan suatu pekerjaan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan secara tiba-tiba dan untuk mendapatkan jaminan bahwa suatu sistem/peralatan akan berfungsi secara optimal, umur teknisnya meningkat dan aman baik bagi personil maupun bagi masyarakat.
ok, langsung saja ke ''pemeliharaan preventiv recloser''
PERSOALAN
Dalam
operasi sistem tenaga listrik terjadinya gangguan tidak dapat dihindarkan.
Gangguan terjadi dapat dikarenakan adanya kejadian secara acak dalam sistem
yang dapat berupa berkurangnya kemampuan peralatan, meningkatnya beban, dan
lepasnya peralatan-peralatan yang tersambung ke sistem.
Berbagai kemungkinan yang merupakan
penyebab gagalnya kontrol pada Recloser adalah:
·
Ketika
tegangan AC tidak ada maka battery harus terus mensuplay RTU dan battery tidak
akan kuat bertahan lama ketika dilakukan control open atau close battery tidak
kuat untuk memberikan tegangan yang cukup.
·
Penyebab lainnya bisa
juga dikarenakan komunikasi SCADA
yang menggunakan modem sinyal provider rendah ataupun kuota GPRS yang belum
unlimited.
·
Mekanik
motorized yang macet akibat Recloser lama tidak pernah dioperasikan.
Selain
persoalan gagal kontrol dalam pengoperasian Recloser adapun beberapa hal yang bisa
menyebabkan kerusakan pada Recloser di dalam pengoperasiaanya antara lain :
·
Suhu jumperan
pada bushing Recloser, Bushing Arrester, VT maupun CO yang panas yang bisa menyebabkan Flash Over.
·
Rusaknya VT
sebagai supply AC yang menyebabkan Battere sebagai back up tidak bisa di charge
kembali, sehingga Battere akan drop dan lama kelamaan RTU akan mati.
·
Arrester yang
sudah rusak akibat terkena petir, sehingga Recloser tidak terlindungi dari sambaran petir.
FAKTA YANG MEMPENGARUHI
5.1. Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
Jaringan Tegangan Menengah merupakan jaringan
yang mempunyai tegangan 20 KV. Jaringan Tegangan Menengah ini secara umum dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) dan Saluran
Kabel Tegangan Menengah (SKTM).
1.
Saluran Udara
Tegangan Menengah (SUTM)
SUTM
merupakan jaringan distribusi yang tergelar atau yang ditempatkan diatas tiang
(diudara). Ada dua jenis penghantar yang digunakan, yaitu penghantar tidak
berisolasi (kawat) dan penghantar yang berisolasi (kabel). Penghantar yang tidak berisolasi memiliki kekurangan yaitu
sering terjadinya gangguan-gangguan listrik yang dialaminya seperti terkena
sambaran petir, terkena pohon dan binatang yang menyebabkan gangguan
phasa-netral ataupu phasa-phasa.
Kelebihannya adalah harganya yang relatif
murah.
2.
Saluran Kabel
Tegangan Menengah
SKTM
merupakan jaringan distribusi yang dipasang atau ditempatkan ditanam di bawah tanah. Kekurangan penggunaan
kabel ini adalah jika terjadi gangguan akan sulit untuk menemukan lokasi
gangguannya dan keuntungannya adalah gangguan yang terjadi akan lebih kecil dan
estetikanya lebih indah.
5.2. Fuse Cut Out (FCO)
Fuse Cut Out (FCO) merupakan sebuah alat
pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja
denga cara meleburkan bagian dari komponennya (fuse link) yang telah dirancang
khusus dan disesuaikan dengan ukurannya itu. Disamping itu FCO merupakan peralatan
proteksi yang bekerja apabila terjadi gangguan arus lebih. Alat ini akan
memutuskan rangkaian listrik yang satu dengan yang lain apabila dilewati arus
yang melewati kapasitas kerjanya.
Prinsip kerjanya adalah ketika terjadi
gangguan arus maka fuse pada cut out akan putus, dan tabung ini akan lepas dari
pegangan atas, dan menggantung di udara, sehingga tidak ada arus yang mengalir
ke sistem.
Adapun cara perlindungannya adalah dengan melelehkan fuse link, sehingga dapat memisahkan antara bagian yang sehat dan yang terganggu. Sedangkan fuse link itu sendiri adalah elemen inti dari FCO yang terletak di dalam fuse holder dan mempunyai titik lebur tertentu. Jika beban jaringan sesudah FCO menyentuh titik lebur tersebut, maka fuse link akan meleleh dan akan memisahkan jaringan sebelum FCO dengan jaringan sesudah FCO.
Adapun cara perlindungannya adalah dengan melelehkan fuse link, sehingga dapat memisahkan antara bagian yang sehat dan yang terganggu. Sedangkan fuse link itu sendiri adalah elemen inti dari FCO yang terletak di dalam fuse holder dan mempunyai titik lebur tertentu. Jika beban jaringan sesudah FCO menyentuh titik lebur tersebut, maka fuse link akan meleleh dan akan memisahkan jaringan sebelum FCO dengan jaringan sesudah FCO.
Pada Recloser ,Fuse Cut Out ini dipasang untuk mengamankan
jaringan atau system dari arus hubung singkat pada VT . Jika terjadi masalah/kerusakan
pada VT sehingga FCO akan segera memutus rangkaian listrik agar jaringan aman
dari arus hubung singkat pada VT ataupun dari gangguan lainnya.
5.3. Voltage Transformator (VT)
Voltage Transformator adalah peralatan yang
berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 20 KV ke 220/110 VAC. VT ini digunakan
pada Recloser untuk suplay tegangan AC.
Tegangan AC ini akan di step down oleh converter menjadi 24 VDC untuk suplay
RTU dan sebagai charger battere.
5.4. Lightning Arrester
Arrester merupakan alat pelindung
bagi peralatan sistem/ Recloser terhadap
surja petir dan tegangan abnormal. Arrester berlaku sebagai jalan pintas
(by-pass) sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh
arus kilat atau petir sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada
peralatan. Jalan pintas harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aliran
daya sistem. Jadi pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator dan
bila timbul surja petir arrester berlaku sebagai konduktor, jadi melewatkan
arus yang tinggi. Setelah surja hilang arrester harus dapat dengan cepat
kembali menjadi isolator, sehingga pemutus beban tidak sempat membuka.
Pada Recloser pemasangan arrester sebaiknya
dipasang pada jumperan Bhusing recloser sebelum jumperan fuse cut out, karena
apabila terjadi petir arus petir akan segera di alirkan ke bumi melalui
arrester dan tidak akan mengenai fuse cut out ataupun VT.
5.5. Pembumian
Pembumian adalah penghubungan suatu
titik sirkit atau penghantar yang bukan bagian sirkit dengan bumi melalui
dengan cara menanam penghantar.
Fungsi
Pembumian
1.
Mengalirkan arus
gangguan ke bumi
2.
Membuang arus
muatan statis ke bumi
3.
Mengamankan
terhadap bahaya tegangan sentuh/ tegangan langkah
Tujuan
Pembumian :
1.
Membatasi
tegangan antara bagian peralatan yang tidak dialiri arus dengan antara bagian
tersebut dengan tanah sampai suatu harga yang aman untuk semua kondisi operasi.
2.
Mencegah
terjadinya tegangan kejut listrik berbahya bagi orang dalam daerah tersebut.
3.
Pembumian arrester
bertujuan untuk pengamanan peralatan atau system dari sambaran petir agar
peralatan tidak mengalami kerusakan.
Karena itu pemasangan sistem pembumian harus dilakukan
dengan standard sesuai ketentuan yang berlaku sebagai elektroda pembumian
biasanya digunakan elektroda batang berbentuk pipa baja galvanis yang dilapisi
tembaga dengan panjang 2,5 m atau 3 m. Untuk penghantar bumi biasanya digunakan
tembaga 50 mm2 dan sampai dengan 2,5 meter dari atas tanah harus dilindungi
dengan pipa baja dari kerusakan mekanis. Disamping itu tembaga pembumian
sebaiknya dilapisi dengan timah agar umurnya lebih lama dan tidak mudah korosi
dibandingkan dengan tembaga biasa. Tahanan pembumian yang dapat dicapai sangat
tergantung pada jenis elektroda, jenis tanah dan ke dalaman penanaman
elektroda.
5.6.
Pengertian
RTU
5.6.1. RTU-Remote Terminal Unit (Unit Terminal Jarak Jauh)
RTU adalah
suatu komponen SCADA dimana bertugas melakukan prosesing dari data yang diterima
dari MTU (Master Terminal Unit) kemudian
mengirimkan data tersebut ke sistem yang diaturnya, berlaku sebaliknya.
Remote Terminal Unit ini
juga bertugas mengambil data baik data status maupun data pengukuran secara
scanning. Tugas lainnya yang lebih utama adalah melaksanakan perintah-perintah
dari HMI yaitu malakukan Buka/Tutup CB/Recloser, melaporkan realisasi apa yang
diperintahkan HMI lengkap dengan keadaan RTU saat itu (real time).
RTU ECNTEC
Remote Terminal Unit (RTU)
berfungsi untuk mengumpulkan data dan kontrol dari peralatan tenaga listrik.
Fungsi
RTU dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
Telesignaling berfungsi untuk
mengetahui status indikasi dari peralatan
tenaga listrik
atau Recloser.
Telemetering berfungsi
untuk mengetahui besaran-besaran listrik pada peralatan tenaga listrik, seperti
besaran tegangan, dan arus.
Telecontrolling
berfungsi untuk meneruskan perintah dari pusat pengatur ke peralatan
tenaga listrik.
5.6.2. Mekanisme Kerja
Sistem RTU
Remote
Terminal Unit bekerja atau beroperasi atas dasar pengambilan data status dan
pengukuran. Data tersebut diambil melalui system polling yang dilakukan oleh
RTU dan diproses yang hasilnya disimpan didalam data memory. RTU akan mengambil
data status dan pengukuran ini apabila terjadi perubahan pada data tersebut.
Bila tidak maka RTU akan mengabaikannya. Untuk mengetahui adanya perubahan data
status dan pengukuran ini RTU selalu membandingkan antara data yang lama dengan
data yang baru. Bila antara data yang baru dengan data yang lama berbeda maka
sudah dapat dipastikan bahwa ada perrubahan data. RTU akan mengirim data status
dan pengukuran yang terbaru beserta waktunya ke Front End Prosesor (FEP)
bila FEP memintanya.
Front End Processor adalah peralatan komputer yang berfungsi sebagai
perantara komunikasi/menghubungkan antara Master Terminal Unit (MTU)
dengan Remote Terminal Unit (RTU).
Tugas-tugas RTU antara lain :
v Menangkap
besaran-besaran data analog dan sinyal
indikasi, seperti status pada peralatan Recloser
v Fungsi control, setting dan
fungsi set point lainnya.
v Meneruskan hasil
pengukuran peralatan lapangan ke pusat kendali
v Perekam dan pengarsipan
data.
5.7. Pengertian Recloser
Recloser adalah pemutus balik otomatis secara fisik mempunyai
kemampuan sebagai pemutus beban yang dapat bekerja secara otomatis untuk
mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung
singkat.
Recloser
atau Penutup balik otomatis (PBO) digunakan sebagai pelengkap untuk
pengaman terhadap gangguan temporer atau permanen dan membatasi luas daerah yang
padam akibat gangguan.
Urutan operasi Recloser:
1. Pada saat
terjadi gangguan, arus yang mengalir melalui Recloser sangat
besar sehingga menyebabkan kontak Recloser terbuka (trip) dalam operasi cepat (fast trip) Saklar dan Pengaman.
2. Kontak Recloser akan menutup kembali setelah melewati waktu reclose
sesuai setting. Tujuan memberi selang waktu
ini adalah untuk memberikan waktu pada penyebab gangguan
agar hilang, terutama gangguan yang bersifat temporer.
3. Jika gangguan
bersifat permanen, Recloser akan membuka
dan menutup balik sesuai
dengan settingnya dan akan lock-out (terkunci).
4. Setelah
gangguan dihilangkan oleh petugas, baru Recloser dapat
dimasukkan kesistem.
PEMBAHASAN
6.1. Pemeliharaan Recloser Sebagai
Upaya Untuk Meminimalisir Gagal Kontrol.
Pemeliharaan merupakan suatu pekerjaan yang
dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan secara tiba-tiba dan untuk mendapatkan jaminan bahwa suatu sistem/peralatan
akan berfungsi secara optimal, umur teknisnya meningkat dan aman baik bagi
personil maupun bagi masyarakat. Pemeliharaan Recloser sangat perlu dilakukan untuk tetap menjaga kondisi
peralatan Recloser serta komponen-komponen pada RTU tetap baik dan berfungsi
dengan optimal. Untuk itu pemeliharaan
Recloser dilakukan sesuai SOP, jadwal dan berkelanjutan untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Dengan dilakukan pemeliharaan recloser diharapkan mampu
meminimalisir gagal kontrol.
6.1.1. Tahapan Pelaksanaan Pemeliharaan Recloser
Kegiatan pemeliharaan
dilaksanakan agar peralatan instalasi tenaga listrik dapat beroperasi dengan kehandalan
yang tinggi dan menghasilkan mutu listrik yang baik sehingga kontinuitas
pelayanan penyaluran tenaga listrik dapat dicapai.
Tahapan
kegiatan pemeliharaan dimulai dari :
1.
Perencanaan
Perencanaan merupakan awal dari kegiatan yang kita
lakukan. Sebelum melakukan pemeliharaan harus dilakukan perencanaan kegiatan
apa saja yang akan dilakukan dan bagaimana cara melakukan pekerjan
pemeliharaan. Dalam perencanaan ditekankan penggunaan SOP agar dalam
pelaksanaannya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
2.
Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pemeliharaan Recloser harus
dilaksanakan sesuai SOP yang disepakati dalam perencanaan, agar pemeliharaan
dapat berjalan dengan baik.
3.
Pengujian
Setelah dilakukan pelaksanaan pemeliharaan, harus
dilakukan pengujian. Tujuan pengujian ini untuk memastikan peralatan dapat
bekerja dengan baik tanpa terjadi kendala atau masalah setelah dilakukan
pemeliharaan.
4.
Analisa
Setelah dilakukan pengujian, permasalahan yang
ditemukan harus di analisa apa penyebabnya agar permasalahan tersebut dapat
diperbaiki.
5.
Penelitian dan
Pengembangan
Penelitian dan pengembanban ini dilakukan untuk
memperbaiki atau menyelesaikan permasalahan yang sudah di analisa atau
ditemukan penyebabnya.
Dengan
dilakukannya tahapan kegiatan pemeliharaan yang baik maka kendala-kendala
operasi dapat diperkecil.
6.1.2. Penerapan K2/K3 Pada Pemeliharaan Recloser
Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) adalah segala upaya atau
langkah-langkah instalasi tenaga listrik dan pengamanan pemanfaatan tenaga
listrik untuk mewujudkan kondisi andal bagi instalasi dan kondisi aman dari
bahaya bagi masyarakat sekitar, serta kondisi ramah lingkungan , dalam arti
tidak merusak lingkungan hidup disekitar instalasi tenaga listrik.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah upaya atau pemikiran dan
penerapannya yang ditunjukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
mumnya.
Jadi penerapan K2/K3 dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan sangatlah penting untuk menghindari terjadinya suatu kecelakaan bagi
pekerja, peralatan listrik itu sendiri maupun bagi masyarakat sekitar.
Adapun alat perlindungan diri serta alat yang
perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan pemeliharaan Recloser adalah sebagai berikut : helm, wear pack,
sepatu tahan bentur, kaca mata, sarung tangan, tester 20 KV.
6.2. Langkah
Langkah Pemeliharaan Recloser
Adapun langkah
langkah kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan Recloser ini antara lain:
6.2.1. Mendownload
Setingan RTU dan Modem
Mendownload
data setingan dan event pada RTU adalah untuk mengetahui event event apa saja yang pernah terjadi pada
RTU tersebut dan untuk memastikan setingannya sudah sesuai. Setelah mendownload
setingan dan event pada RTU selanjutnya mendownload setingan pada modem untuk
mengetahui kartu provider yang dipakai dan memastikan mendapatkan sinyal yang
baik. Bila sinyalnya rendah atau kurang baik maka akan dilakukan penggeseran
tempat antena atau penggantian kartu provider agar sinyalnya kembali baik dan
bisa mengirimkan status RTU ke HMI dan agar bisa lancar apabila dilakukan
control pada switching. Apabila settingan RTU dan Modem sudah sesuai dan sinyal
modem juga sudah bagus, diharapkan nantinya dapat memperkecil terjadinya gagal
kontrol.
6.2.2. Menjaga
Kebersihan Sekitar RTU yang meliputi:
1.
Pembersihan lingkungan
di sekitar box panel RTU.
Pembersihan
ini meliputi pembersihan rumput-rumput liar atau tanaman yang mengganggu box
panel. Pembersihan kertas kertas iklan yang menempel pada box panel RTU.
2.
Pembersihan di
dalam box panel RTU dari kemungkinan hewan-hewan yang mengganggu yang dapat
menyebabkan short sirkuit pada rangkaian RTU yang dapat menyebabkan kerusakan.
6.2.3. Pengamatan
Visual dan Thermovision Pada Jumperan Bushing Recloser.
Pengamatan
visual ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan kelainan pada
terminal bushing pada Recloser serta jumperan
pada arrester, VT maupun Fuse Cut Out. Thermovision
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar suhu pada titik titik jumperan. Suhu
yang diperbolehkan maksimal 40° C. Apabila ditemukan suhu melebihi 40° C akan
dilakukan penjadwalan ulang untuk melakukan penggantian terminating pada
jumperan yang panas tersebut. Karena apabila ada titik panas yang melebihi 40°C
akan menyebabkan kerusakan pada kabel tersebut atau putus dan bisa menyebabkan
terjadinya flash over.
Pengukuran suhu dengan menggunakan thermovision diukur
pada titik-titik jumperan (pada
gambar yang ditandai) karena pada titik jumperan tersebut adanya kemungkinan
sambungan yang menggunakan LLC itu kendor atau pun pada pemasangan CCO yang
kurang baik. Apabila dalam pengepresan CCO kurang baik dan masih terdapat
rongga udara di dalam CCO maka apabila dialiri arus lama kelamaan udara
tersebut akan panas dan menyebabkan terjadinya flash over dan kerusakan pada
CCO.
6.2.4. Pengukuran
Tahanan Pembumian
Tahanan
pembumian atau grounding bertujuan untuk melepas muatan tegangan lebih akibat
sambaran petir dan juga untuk mencegah timbulnya atau terjadinya tegangan
sentuh yang membahayakan manusia pada saat terjadi gangguan tanah. Pengukuran
grounding ini dilakukan untuk mengetahui baik tidaknya nilai resistansi pada
suatu peralatan. Jumlah grounding yang digunakan sebanyak 4 titik yaitu Pembumian
pada Arrester Primer, Pembumian pada Arrester Sekunder, Pembumian pada body Recloser
dan Pembumian
untuk Box Control Panel.
6.2.5.
Pengukuran
Tegangan Battere
Pengukuran tegangan battere
dilakukan untuk memastikan tegangan battere masih normal (24 VDC) fungsinya untuk memback up suplay RTU jika
tegangan dari AC tidak ada.
·
Pengukuran
tegangan battere dilakukan dengan menggunakan AVO meter. Untuk
mengukur Tegangan Murni Batere, Lepas Soket Batere yang terhubung dengan
Rangkaian Kontrol, kemudian lakukan pengukuran dengan AVO meter. Apabila
didapat tegangan ≥24V maka kondisi batere dalam keadaan baik.
·
Pengukuran
tegangan battere juga bisa dilakukan dengan cara mematikan/ mencabut soket
suplay tegangan AC, kemudian ukur pada terminal battere.
6.2.6. Pemeliharaan
dan pengujian fungsi RTU
Pemeliharaan
dan pengujian fungsi RTU ini dilakukan untuk menjaga RTU berfungsi secara
optimal. Adapun tahapan yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah:
1. Pengecekan
supply tegangan AC maupun DC pada RTU.
Tegangan AC
didapat dari VT yang menurunkan tegangan dari 20 KV ke 220 VAC ataupun 110 VAC.
Kemudian diturunkan menjadi 24VDC melalui converter yang berfungsi sebagai
supply RTU dan charger battery. Untuk tegangan modemnya memakai tegangan 12 VDC
dan ada juga 24 VDC yang tegangan 12 VDC diperoleh dari tegangan 24 VDC yang di
turunkan melalui converter 12 VDC.
2. Pengecekan
tegangan battery
Battery
berfungsi sebagai back up suplay RTU apabila sumber AC dari VT hilang. Battery
akan dicharger dari out put RTU selama tegangan AC masih ada agar tegangan
battery tidak drop atau turun dari tegangan normalnya. Tegangan standar battery
yang masih bisa menghidupkan RTU sebesar 22 VDC , apabila tegangan battery
dibawah 22VDC maka dilakukan penggantian battery.
3. Pengecekan
dan pengujian telesignaling
Pengujian
telesignaling ini berfungsi untuk mengetahui bekerja atau tidaknya fungsi
remote pada RTU. Pengujian telesignaling
ini meliputi pengujian ACF, DCF, status local remote, status hot line tag,
status CB. ACF alarm apabila tegangan dari AC tidak ada maka pada HMI atau
Master station akan muncul indikasi ACF/AC Failure. Begitu juga untuk DCF,
apabila tegangan DC dari battery tidak ada maka akan muncul indikasi DCF alarm.
Permasalahan :
ü Jika supply tegangan AC tidak ada (ACF)
Langkah
Pengecekan :
·
Pastikan Tegangan pada jaringan TM yang
masuk ke VT
ada. Lakukan Pengecekan apakah AC Power LED menyala atau tidak
·
Lakukan Pengecekan dan pengukuran dengan
menggunakan AVO meter dari Kabel Kontrol dari Arah VT. Jika Kondisi kabel dalam
keadaan bagus, dan tidak ada tegangan yang keluar maka permasalahan ada pada VT.
·
Apabila terpasang Fuse Cut Out Pada VT,
cek secara visual apakah Fuse Cut Out masih terhubung atau tidak ke SUTM.
ü Supply tegangan AC ada
tetapi supply tegangan DC tidak ada(DCF).
Langkah
Pengecekan :
·
Pastikan Tegangan pada jaringan TM yang
masuk ke VT ada. Lakukan pengecekan dan
pengukuran pada Output Converter untuk sumber DC 24 Volt.
·
Lakukan Pengecekan pada sumber DC yang didapat
dari battery dengan melepas konektor Battere yang menuju rangkaian Kontrol.
Apabila tegangan Batere masih bagus ≥24 Volt DC, maka permasalahan ada pada
Converter.
4. Pengecekan
dan pengujian telemetering
Pengecekan
dan pengujian telemetering ini berfungsi untuk penyeragaman besar arus dan
tegangan pada RTU dengan di HMI (Human Machine Interface).
5. Pengecekan
dan pengujian telecontrol
Setelah
pengecekan dan pengujian yang telah dijelaskan di atas selanjutnya dilakukan
pengujian hot line tag. Fungsi hot line tag itu sendiri adalah untuk memblok
fungsi control agar peralatan tidak bisa di control pada saat hot line tag
diposisikan ON untuk menjamin keamanan
dalam bekerja. Serta pengujian control open close CB untuk memastikan RTU dapat
berfungsi dengan baik dan dapat memerintahkan CB bekerja pada saat dicontrol open
maupun close secara remote, test kontrol sampai mengerjakan CB ini juga berfungsi
untuk mencegah mekanik motorized yang macet akibat lamanya motorized tidak
pernah digunakan.
hmmm,,,skian dulu ya penjelasan singkatnya
semoga bermanfaat,,,ok